KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Rabu, 06 Oktober 2010

Menanti Tumbuhnya Konten Lokal via TV Kabel


ilustrasi (ist)

Jakarta - Cobalah kita amati. Apa dampak dari tidak sehatnya industri pertelevisian nasional kita. Mulai dari 'monopoli' kue iklan yang hanya terpusat di Jakarta (sisi ekonomi), menurunnya minat kearifan lokal generasi muda (budaya), hingga panggung yang politik seolah hanya terpusat di Jakarta (efek politik).

Jika mau membuka mata, saat ini penonton di setiap daerah di luar Jakarta seolah 'tidak bisa melihat dirinya' serta tidak bisa memperoleh informasi yang relevan sesuai kebutuhan mereka di daerah dalam porsi besar.

Tengoklah beberapa peristiwa besar di Jakarta dalam waktu dekat ini. Pasti akan menutup porsi berita daerah. Sementara informasi yang menyangkut kepentingan publik di daerah luar Jakarta tidak akan menjadi infromasi nasional, kecuali hal-hal yang bersifat senasional dan dramatis.

Dalam ilmu komunikasi, terdapat sebuah teori bernama jarum hipodermik (hypodhermic needle theory). Teori ini menyatakan bahwa segala hal yang di-blow up media massa (televisi) berkecenderungan bakal ditelan mentah-mentah oleh para pemirsanya. Ini semua karena industri televisi kita saat ini bersifat satu arah. Alhasil pemirsa menjadi massa komunikan pasif yang hanya pasrah menerima suntikan informasi searah dari televisi.

Di tengah perkembangan media internet yang cukup pesat, arah komunikasi massa pun mulai berubah. Dalam arus deras web 2.0 saat ini, seharusnya masyarakat bisa memilih informasi yang mereka butuhkan dan mengirimkan umpan balik kepada media. Mungkin dalam industri media internet hal itu sudah terjadi. Lalu bagaimana dengan industri televisi?


Video on Demand untuk Suntikan Satu Arah TV

Berkaca pada industri internet negeri kita yang berkembang pesat, seharusnya hal yang sama terjadi dalam industri TV. Nah, Video on Demand (VoD) yang sebentar lagi hadir di Indonesia sekiranya merupakan jawaban pasti. Jika dulu pemirsa hanya menjadi massa komunikan pasif, kini mereka bisa memilih informasi yang benar-benar dibutuhkan.

Marcelus Ardiwinata, Strategic & Business Developement PT First Media kepada detikINET menuturkan bahwa ke depannya televisi hadir sebagai media interaktif. Nantinya orang tak hanya bisa menikmati siaran TV saja, namun bermain games, melihat portal berita internet, melakukan jejaring sosial, dan sebagainya saat indutrsi televisi interaktif sudah berkembang di Indonesia.

Saat ini hal-hal di atas memang baru bisa dilakukan via kabel saja. Mungkin hal ini bisa menjadi solusi bagi pemain TV lokal baru, yang saat ini mengalami kendala berebut frekuensi analog di beberapa daerah.

Bagi pelaku bisnis TV serta production house (PH) lokal, VoD merupakan momentum yang tepat untuk memulai bisnis mereka di daerah. Perusahaan penyedia akses broadband kabel untuk internet dan siaran TV berbayar seperti First Media mungkin bisa menjadi 'jalur alternatif' bagi harapan mereka. Nantinya konten-konten lokal pun bisa terus bertumbuh melalui TV-TV komunitas.

Tentu pihak pemerintah harus menggagas peraturan baru, atau setidaknya merevisi peraturan lama yang membuat 'kue iklan' industri TV kita terpusat di Jakarta saja. Sistem televisi berjaringankah? Mungkin saja. Pasalnya sistem penyiaran tersentralisasi yang selama ini berlangsung di Indonesia memang mengandung banyak masalah, seperti yang telah disebutkan di awal.


Konten Lokal via TV Kabel

"Ini (industri TV interaktif-red) baru awalnya. Dengan ini sebetulnya malah membuka market lokal. Nantinya konten-konten lokal bisa lebih bertumbuh," jelas Marcel.

Ini semua tentunya butuh kerjasama berbagai pihak terkait. Mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sendiri. Jika itu semua berjalan lancar penantian tumbuhnya konten lokal TV via kabel bukan menjadi impian lagi.

Semoga dengan terbukanya pasar industri TV lokal berbasis kabel kian membantu meratakan kue iklan media, yang saat ini terpusat di Jakarta. Nah, permasalahannya kini ada di pihak First Media. Karena jika mereka ingin menjadi jembatan industri TV lokal, otomatis jaringan mereka pun harus merata ke berbagai daerah.
( fw / ash )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages