KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Rabu, 27 Oktober 2010

Microsoft dan Open Source (1) Berbaurnya Software Proprietary dan Open Source dalam Lingkungan 'Campuran'


ilustrasi (flickr/cc/niosh)

Jakarta - Debat yang banyak terjadi tentang hal ini mungkin mencerminkan hal sebaliknya, namun sebenarnya arsitektur IT saat ini seringkali menerapkan solusi Open-source dan Proprietary dalam satu lingkungan yang sama.

Lingkungan 'campuran' seperti ini sekarang sudah semakin umum: seorang CIO mungkin memilih untuk melakukan persilangan saat membangun infrastruktur TI yang baru, persilangan antara Open-source dan Proprietary mungkin dibutuhkan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari peremajaan atau penghijauan sistem lawas; dan tak bisa dipungkiri, kedua solusi itu akan bersinggungan saat menerapkan Cloud Computing.

Di dalam sebuah perusahaan software pun, batas antara keduanya semakin pudar karena pasar pun terus berubah. Perusahaan yang tadinya hanya bergerak di satu bidang kini secara aktif berperan di Open-source dan Proprietary.

Ada tiga hal yang membedakan proprietary dan Open-source: pengembangan, lisensi dan model bisnis. Dua hal di antaranya, lisensi dan model bisnis memiliki dampak lebih besar bagi pengguna akhir daripada perbedaan di model pengembangan.

Lisensi software proprietary dibuat berdasarkan keyakinan bahwa sebuah piranti lunak memiliki nilai intrinsik berdasarkan hak atas kekayaan intelektual. Nilai intrinsik ini adalah sumber pendapatan utama dalam model bisnis software proprietary. Sebuah perusahaan software mungkin menyediakan juga layanan dukungan bersama dengan software proprietary-nya, tapi layanan ini biasanya bukan hal yang harus dimiliki untuk menggunakan software.

Software open-source seringnya didistribusikan secara bebas dengan lisensi karya cipta di bawah General Public License (GPL), lisensi Berkeley Software Distribution (BSD) (atau varian BSD lain) atau lisensi Apache. GPL memungkinkan pengguna memodifikasi code software selama modifikasinya juga menggunakan lisensi yang sama.

Berbeda dengan hal itu, kode untuk piranti lunak dengan lisensi tipe BSD dan Apache dapat dimodifikasi dengan kode proprietary dan software yang dihasilkan bisa dilisensikan secara komersial. Umumnya, solusi Open-source untuk Enterprise harus disesuaikan dan butuh perawatan, sehingga jika mau benar-benar bermanfaat penerapannya membutuhkan layanan dukungan tambahan. Layanan ini, dan juga modifikasi piranti lunak secara open-source atau proprietary, menjadi sumber pendapatan utama dari bisnis model berbasis open-source.

Jika dilihat dari sudut pandang perusahaan besar, biaya terbesar bagi software proprietary adalah pada pembelian awal. Sedangkan untuk open-source, biaya awal mungkin bisa diabaikan, tapi ada biaya lanjutan seperti kustomisasi dan layanan dukungan.

Dahulu, antara pengembangan proprietary dan open-source jauh berbeda dibandingkan sekarang. Software proprietary dikembangkan 'di dalam' oleh programmer berbayar, sedangkan open-source dulu biasa dikembangkan oleh relawan tanpa bayaran pasti, mungkin lewat kolaborasi online, dan saling berbagi source code.

Kini, proyek open-source besar kemungkinannya juga dikembangkan oleh programmer berbayar yang dipekerjakan oleh organisasi open-source nirlaba. Pembiayaannya, paling tidak sebagian, datang dari industri software komersial, atau dari perusahaan software proprietary yang mendukung pengembangan open-source internal.

Kritik di masa lalu sering menyebut perusahaan proprietary sengaja mengunci pelanggannya dengan menggunakan format dan interface yang proprietary. Meski sejarahnya hal itu ada, namun dalam pasar modern yang heterogen ini, perusahaan-perusahaan yang dimaksud juga kerap memakai standar terbuka; karena jika tidak, mereka bisa kehilangan pangsa pasar enterprise. Meskipun perlu dicatat, ada beberapa standar terbuka open-source yang tidak terlalu populer, sehingga tidak meningkatkan interoperabilitas dan juga tidak bisa menghindari kuncian vendor seperti itu.

Selama kurang lebih 20 tahun belakangan ini, mereka yang mengerjakan software proprietary dan open-source telah saling belajar. Hasilnya, ada interoperabilitas yang lebih baik dan juga produk-produk yang lebih stabil.

Bagi para CIO, ini artinya ada lebih banyak pilihan piranti lunak. Untuk bagian pengadaan atau pembuat kebijakan, ini artinya menjadi semakin penting untuk tidak lagi memilih semata-mata berdasarkan open-source atau proprietary, karena preferensi seperti itu bisa membuat 'buta' terhadap solusi yang paling dibutuhkan perusahaan.

Pada bagian berikutnya dari seri ini, saya akan menjelaskan bagaimana skenario ini akan terlihat pada vendor piranti lunak yang ada sekarang.



Stacy Baird Tentang Penulis: Penulis, Stacy Baird, adalah mantan penasehat untuk anggota Senat AS pada isu-isu Teknologi dan Hak Milik Intelektual. Ia percaya, bahwa software open-source dan proprietary bisa hidup bersama, dan dengan demikian industri TI global bisa terus memperbaiki kualitas hidup banyak orang.

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari empat tulisan dalam satu seri. Pendapat yang disampaikan Stacy Baird adalah sepenuhnya pendapat pribadi.
( wsh / wsh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages