KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Jumat, 08 Oktober 2010

Evolusi Dolanan, Dari Congklak ke Online


ilustrasi (flickr/cc/michale)

Jakarta - Apakah anak-anak jaman sekarang masih kenal dolanan (permainan) yang akrab dengan keriaan masa kecil para orang tua mereka? Rasanya, semakin jarang terlihat bocah-bocah usia sekolah dasar yang asyik bergerombol sepulang sekolah, dengan peralatan perang jadul seperti bekel, karet gelang maupun satu set congklak (dalam bahasa Jawa disebut dakon).

Mudah-mudahan ragam permainan anak itu masih ada, meski di komplek perumahan tempat saya tinggal, keriuhan khas anak-anak itu jarang sekali saya temui. Memang sih, sesekali, jika cuaca sedang bagus, anak-anak komplek kami ini masih bermain layangan.

Itu pun, mereka terpaksa bermain di sepetak tanah sempit, di tepi parit yang membelah komplek perumahan (dan memisahkannya dengan kampung sebelah). Setiap sore, sebelum bocah-bocah itu diteriaki dan dipaksa mandi oleh ibu mereka, masih ramai suara dan tawa anak-anak itu sambil main sepeda, keliling komplek perumahan.

Dulu, saya masih ingat, masa kecil saya sepertinya jauh lebih berwarna. Di luar jam sekolah, kegembiraan seperti tak habis-habisnya. Dolanan kami sangat bermacam-macam. Mulai dari yang memakai alat, seperti disebutkan di atas, ataupun yang 'gak modal' alias tidak melibatkan benda atau alat apa pun.

Ragam dolanan yang masih saya ingat: kejar-kejaran, balapan lari, berjam-jam mandi ramai-ramai di kali sampai kulit menjadi gosong, benteng-bentengan hingga hantu-hantuan. Nah, yang terakhir ini, hanya dimainkan pada malam hari saat bulan penuh, langit sedang jernih, dan auranya cukup seram.

Ada juga permainan musiman. Ada musim karet (gelang), musim layangan, musim kelereng, musim bekel. Entah kenapa pula orang menyebut ‘musim ini’ atau ‘musim itu’. Tak pernah ketahuan juga siapa yang memulai suatu musim dolanan.

Jika sudah terlalu lama dan permainan jadi membosankan, akan datang ‘musim’ yang lain. Musim yang sebelumnya, dengan cepat terlupakan, untuk berulang lagi pada tahun depannya. Demikian berulang-ulang.

Sekarang, rasanya jaman sudah berubah. Bukan salah siapa-siapa juga sih, jika ragam dolanan kuno itu sekarang menghilang. Tontonan di televisi --dari sinetron hingga film kartun Jepang-- mungkin terasa lebih menarik.

Sesuai kodrat, dunia mereka masih dunia kanak-kanak yang seru. Tapi ada yang beda. Dolanan mereka sudah jauh lebih canggih. Bukan lagi congklak, bekel, atau karet gelang. Sekarang mereka mainnya PlayStation, PSP, Wii, XBox, atau game-game yang mereka download gratis di internet.

Saya bukan penggemar game online. Begitupun, kadang saya temani juga anak-anak saya nge-game di depan laptop. Dan favorit kami semua adalah Parampaa, game online buatan Masova, yang asli anak Indonesia. Rasanya juga Indonesia banget. Ya lucunya, ya menyebalkannya.

Konon, dari cerita si pencipta dolanan, eh maksud saya game online ini, Parampaa sudah dimainkan oleh hampir satu juta orang sejak diciptakan pada Desember 2009. Semoga saja, meski aktivitasnya sudah berbeda, riuh dan serunya dunia kanak-kanak tidak lantas menjadi hilang dengan berubahnya dolanan mereka itu.


Venus Tentang Penulis: Venus adalah seorang blogger dan social media specialist. Ia bisa dihubungi di http://venus-to-mars.com atau melalui akun @venustweets di Twitter.
( wsh / wsh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages