KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Senin, 21 Februari 2011

Kamera Digital Rp 300 Juta: Buat Apa?

Leica M9 Titanium (Leica)

Jakarta - “Menyalahi zaman,” kata seorang teman tentang kamera digital Leica M9 Titanium. Kamera itu cuma dibikin 500 buah, untuk koleksi. Oh, “edisi kolektor” adalah istilah umum. Artinya si barang tetap fungsional, dapat berfungsi sesuai tugasnya. Hanya saja harga jauh melebihi kemampuan.

Menyalahi zaman, karena menurutnya sekarang ini zaman digital yang memungkinkan produksi massal lebih mudah. Ujung-ujungnya biaya per satuan lebih rendah. Lantas harga jual pun lebih murah. Tak layak ada barang mahal.

Apakah jika saya superkaya juga akan membeli kamera itu? Entah. Semoga sih tidak.

Apakah dengan memakai kamera mahal berarti hasil jepretan saya lebih indah?

Baiklah saya ganti bertanya: apakah menggunakan pulpen Rp 1 juta ke atas menjadikan tulisan tangan lebih baik? Atau ini: apakah pemantik gas Rp 3 juta membuat perokok lebih sehat, begitu pula perokok pasif?

Bagi saya barang mahal untuk konsumen bukan soal. Sepanjang konsumen punya pilihan apa salahnya? Ini serupa ponsel Vertu yang harganya puluhan juta rupiah, sementara Samsung Galaxy Mini untuk pelajar boleh Rp 1,35 juta. Dari sisi kinerja, Android jelas lebih berjaya.

Yang namanya kemasan fisik, beserta segala strategi branding-nya, adalah bagian dari peradaban yang membuat kehidupan kian kaya. Dalam kasus ini tak semua hal hanya dilihat dari aspek fungsional, sehingga penutup tubuh tak cukup dari daun.

Maka saya bisa paham kenapa meskipun MP3 mudah didapatkan, termasuk dengan cara ilegal, tetap saja CD resmi masih dijual (dan box set bisa seharga Rp 2 juta). Bahkan piringan hitam pun belum punah, padahal harga pemutar pelat bisa ratusan juta rupiah.

Memang produk berteknologi digital bisa membuat harga terus memurah. Ini antara lain karena sejumlah fungsi mekanis telah dioper oleh chips yang dapat dibuat secara massal. Tetapi jika menyangkut kemasan, tak hanya plastik yang massal, maka tantangan terhadap seni dan desain layak mendapatkan harga. Harga arloji analog dan digital berbeda, padahal fungsinya sama.

Bahkan di tingkat yang murah pun manusia tak mau dianggap generik. Lihat saja, casing untuk ponsel dan skin untuk laptop maupun tablet harus didapat dengan membeli. Artinya perlu biaya. Apanya yang menyalahi zaman?

Jika tak mau disebut menyalahi zaman maka semua orang cukup membeli kaos combed polos tanpa label; tak perlu produk distro seharga Rp 150.000 ke atas.



Paman Tyo Tentang Penulis: Antyo Rentjoko, dikenal juga dengan julukan Paman Tyo, adalah blogger di beberapa tempat yang mengagregasikan posting di antyo.rentjoko.net. Account twitter-nya adalah @pamantyo
( wsh / wsh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages