KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Jumat, 18 Februari 2011

3 Masalah Utama Tunanetra Saat Browsing


ilustrasi (flickr/cc/antonioxalonso)

Jakarta - Saat ini, internet merupakan salah satu sumber utama informasi dan pengetahuan, bahkan tunanetra (orang tak berpenglihatan) pun telah menjadikan internet sebagai gerbang menuju akses informasi dan pengetahuan.

Namun, tentu saja tanpa adanya penglihatan, tunanetra tak dapat mengakses halaman website selancar mereka yang berpenglihatan. Nah, seperti apakah hambatan yang sering ditemui tunanetra saat berselancar di dunia maya?

Pembaca, saat mengakses artikel ini, mungkin Anda juga sedang membaca koran, memeriksa laporan yang baru saja Anda cetak, bahkan asyik ngobrol dengan rekan-rekan Anda di situs jejaring sosial. Semuanya dimungkinkan karena Anda memiliki penglihatan, sehingga seluruh informasi yang ada pada website dapat diakses dengan mata.

Hal tersebut, tentu saja, tak dapat dinikmati dengan sempurna oleh mereka yang tidak berpenglihatan alias tunanetra. Nah, pernahkah Anda membayangkan bagaimana tunanetra dapat mengakses informasi yang selama ini begitu mudah Anda akses?

Dulu, akses informasi bagi tunanetra masih sangat terbatas, yaitu diperoleh dengan cara membaca bahan bacaan yang dicetak dalam tulisan Braille (huruf timbul yang dapat diraba), atau mendengarkan rekaman artikel yang direkam dalam bentuk kaset.

Coba bayangkan. Berapa banyak gedung perpustakaan yang diperlukan untuk menampung cetakan Braille seluruh informasi yang terdapat pada website? Atau, berapa banyak kaset yang dibutuhkan untuk merekam informasi yang terdapat di dunia maya yang jumlahnya tak terhitung itu?

Namun, "lain dulu lain sekarang." Keterbatasan akses informasi bagi tunanetra berangsur-angsur mulai teratasi. Berkat kecanggihan teknologi dan semakin terjangkaunya harga komputer, akses informasi bagi tunanetra pun semakin luas dan terbuka lebar.

Dengan sebuah komputer yang dilengkapi pembaca layar (aplikasi yang dapat mengubah teks menjadi keluaran suara), tunanetra sudah dapat mengoperasikan komputer. Keterbatasan akan akses informasi pun dapat diatasi, karena tunanetra juga dapat mengakses jutaan halaman web, mulai dari situs berita, e-mail, bahkan game online.

Dengan demikian, kita dapat simpulkan bahwa keberadaan internet saat ini dapat menjadi salah satu sumber utama akses informasi bagi tunanetra yang haus akan pengetahuan dan informasi.

Meski demikian, tunanetra masih tetap terkendala saat browsing di internet. Nah, lewat artikel ini penulis ingin menunjukkan beberapa masalah yang sering dihadapi tunanetra saat mengakses halaman web.

Penulis coba memilihkan masalah yang paling sering dihadapi oleh tunanetra berdasarkan bincang-bincang dengan sesama netter tunanetra yang merupakan rekan penulis sendiri.

Artikel ini tentu saja tak dapat meng-cover masalah browsing tunanetra secara keseluruhan. Namun, penulis berharap informasi ini dapat disebarluaskan sehingga akan makin banyak pihak yang tergerak hatinya untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi netter tunanetra, sehingga akses informasi bagi mereka akan semakin mudah.

Sebelum lanjut menyimak artikel ini, ada baiknya Anda memahami bagaimana cara tunanetra mengakses informasi lewat komputer. Sebuah artikel yang cukup informatif dapat Anda baca melalui link berikut: http://www.webbie.org.uk/webbie.htm

1. Capcha

Untuk registrasi e-mail atau posting di forum, terkadang tunanetra berhadapan dengan proses verifikasi yang disebut Capcha, di mana mereka harus memasukkan kode verifikasi untuk memastikan bahwa yang akan submit informasi adalah benar-benar manusia, bukan spam. Kode verifikasi tersebut biasanya terdiri dari huruf atau angka yang tertera dalam gambar, yang selanjutnya harus diketik ulang dalam kolom isian yang tersedia.

Masalahnya, sudah barang tentu tunanetra tidak dapat melihat kode apa yang tertera pada gambar, dan hal tersebut tentu menyulitkan mereka untuk melanjutkan ke proses berikutnya.

Untuk mengatasinya, tunanetra dapat minta bantuan orang berpenglihatan yang ada di sekitar mereka untuk membacakan kode Capcha. Sayangnya, tak selamanya orang berpenglihatan dapat mendampingi tunanetra, contohnya kalau tunanetra yang bersangkutan harus posting tengah malam, atau ketika mereka hendak posting hal yang sifatnya pribadi.

Kalau posting komentar di sebuah forum yang cukup aktif misalnya, tentu akan sangat merepotkan, pasalnya verifikasi Capcha akan muncul tiap kali pengguna submit komentar. Tentu saja tunanetra harus minta bantuan orang berpenglihatan untuk membacakan kode Capcha berkali-kali, bisa jadi tiap dua sampai lima menit sekali.

Untuk mengatasi masalah di atas, tunanetra dapat memilih opsi "Get an audio challange" yang biasanya muncul di layar verifikasi. Dengan mengklik opsi ini, tunanetra dapat memasukkan kode Capcha yang akan disajikan dalam bentuk suara.

Sayangnya, tidak semua penyedia layanan web mengaktifkan fitur ini. Selain itu, kadang suara yang terdengar tidak terlalu jelas sehingga sulit dimengerti.

Alternatif lain adalah dengan menggunakan browser Firefox dan memasang extension bernama Webvisum (www.webvisum.com).

Extension ini menyediakan fitur untuk mendeteksi kode Capcha, jadi saat masuk ke halaman verifikasi Capcha, tunanetra tinggal menekan shortcut CTRL+ALT+6 dan menunggu beberapa saat, dan Webvisum akan mengkopikan kode Capcha ke clipboard yang selanjutnya dapat dikopikan ke kolom isian verifikasi.

Untuk tunanetra yang lebih nyaman browsing dengan Internet Explorer juga dapat menggunakan layanan yang sama seperti Webvisum. Layanan ini disediakan oleh www.solona.net. Cukup mendaftar dan download aplikasi yang dibutuhkan, dan operator Solona siap membantu.

2. Aksesibilitas Elemen Web

Yang dimaksud dengan aksesibilitas di sini adalah kemudahan dalam mengakses berbagai elemen pada sebuah halaman website.

Untuk tunanetra, adanya shortcut navigasi, label pada gambar, dan fitur-fitur pendukung lainnya tentu akan sangat membantu dalam proses browsing.

Mungkin tunanetra tidak akan terlalu kesulitan mengakses blog atau halaman web sederhana, karena komten dan elemen webnya pun tidak terlalu banyak. Kalau tunanetra harus mengakses website yang lumayan beragam kontennya, sebut saja www.detikinet.com, tentu mereka akan sangat kesulitan dalam memilih dan mengakses informasi yang dibutuhkan.

Lho, kok bisa?

Ya, karena untuk orang berpenglihatan, mereka dapat dengan leluasa memilih dan mengklik informasi yang mereka butuhkan. Meski konten webnya banyak, adanya penglihatan dapat memandu pengguna untuk menemukan entri yang dibutuhkan dengan cepat. Sedangkan tunanetra membutuhkan waktu yang lebih lama, karena mereka mengakses web dengan cara mendengarkan informasi yang disuarakan oleh pembaca layar, tidak bisa melenggangkan pointer mouse ke kanan dan ke kiri seperti halnya rekan mereka yang berpenglihatan.

Solusi yang mungkin dapat diterapkan adalah sebagai berikut.


  • Shortcut dan Tombol Navigasi

Developer web dapat menambahkan shortcut pada menu utama (yang sifatnya statis) di halaman web yang mereka buat. Contoh, kalau menu utamanya adalah Home, About Us, dan Registration, maka dapat dibuat shortcut, misalnya ALT+1 untuk mengakses Home, ALT+2 untuk mengakses About Us, ALT+3 untuk mengakses Registration, dan seterusnya. Disarankan untuk membuat shortcut yang urut sesuai susunan menu utama dari atas ke bawah.

Developer juga dapat menambahkan sebuah link navigasi yang tujuannya untuk memudahkan tunanetra berpindah-pindah dari satu bagian web ke bagian yang lain. Dalam sebuah web, fitur ini biasanya disebut "Skip Navigation," yaitu sebuah link atau shortcut yang bila diaktifkan akan langsung membawa kursor pembaca layar ke area yang dituju.


  • Text-only dan Enlarge view

Fitur text-only akan mempermudah tunanetra dalam mengakses sebuah halaman web, karena bila diaktifkan, maka secara otomatis browser tidak akan me-load konten-konten visual, sehingga tunanetra dapat browsing dengan lebih cepat. Contoh penerapan fitur ini adalah pada situs belanja www.amazon.com.

Lalu, apa itu Enlarge View? Fitur ini disediakan bagi tunanetra yang masih memiliki sisa penglihatan (lemah penglihatan atau low vision). Bila fitur ini diaktifkan, maka tulisan yang tertera dalam sebuah halaman web akan diperbesar beberapa kali, dan warna background serta font akan berubah menjadi kontras sehingga lebih mudah dilihat oleh mereka yang kurang dapat melihat dengan baik.


  • Label gambar

Tentu saja tunanetra juga ingin tahu gambar apa yang tertera dalam kolom berita atau blog. Untuk itu, developer dapat menuliskan deskripsi singkat mengenai gambar yang tertera dengan menyisipkan kode HTML khusus, yang mana nantinya deskripsi itu tidak akan muncul di layar, tapi akan tetap terbaca oleh pembaca layar yang digunakan tunanetra. Misalnya, kalau developer menaruh gambar orang sedang mengoperasikan laptop, maka image labelling dapat dituliskan seperti ini, "Gambar seorang wanita berambut panjang sedang mengoperasikan laptop." Deskripsi ini mungkin terlihat kurang nyaman kalau tampil di halaman web, oleh karenanya developer dapat menyembunyikannya, sehingga cuma pembaca layar yang dapat mengakses informasi tersebut.

3. Akses cepat

Ternyata tidak hanya gamer online dan netter kelas berat yang mendambakan akses browsing berkecepatan tinggi. Hal ini pun didambakan oleh tunanetra. Nah, berikut ini hal yang dapat Anda lakukan apabila ada netter tunanetra di lingkungan Anda yang ingin browsing dengan lebih cepat.

Penulis menyarankan untuk memisahkan browser yang akan dipakai tunanetra dan orang berpenglihatan, karena trik berikut akan mengubah setting yang berhubungan dengan visual, sehingga browser yang telah diubah setting-nya tidak akan dapat menampilkan objek visual (dapat dikembalikan ke kondisi semula jika diperlukan).

Mungkin netter tunanetra tak perlu menunggu terlalu lama untuk me-load konten visual pada sebuah halaman web. Dengan menon-aktifkan beberapa setting pada browser, maka elemen web yang berhubungan dengan visual (image, video, flash, dll) tidak akan di-load oleh browser, sehingga proses load sebuah halaman web akan lebih cepat. Selain itu, ini tentu saja membantu tunanetra menghemat bandwidth internet mereka.

Ada pun browser yang ideal adalah Internet Explorer. Untuk melakukan setting, buka browsernya, lalu klik Tools dan pilih Internet Options. Selanjutnya, klik tab Advance dan non-aktifkan entri berikut sesuai kebutuhan Anda.

Multimedia Play animations in web pages = off

Show pictures = off

Oh ya, netter tunanetra juga dapat menggunakan browser Webbie yang dapat di-download di www.webbie.org.uk. Browser ini dirancang khusus agar pengguna tunanetra dapat berselancar di internet dengan nyaman. Tersedia juga berbagai fitur lain, seperti streaming radio online, kalkulator dan agenda aksesibel, serta berbagai program lain yang pastinya berguna untuk menunjang aktivitas komputasi tunanetra.




Bagi Anda yang tertarik memahami lebih mendalam mengenai halaman web yang aksesibel bagi tunanetra, Anda dapat mengakses situs buatan Indonesia, tak lain dan tak bukan adalah www.mitranetra.or.id, situs resmi Yayasan Mitra Netra yang bergerak di bidang pengembangan potensi dan kemampuan rekan-rekan tunanetra. Website Mitra Netra telah menerapkan elemen-elemen yang penulis sebutkan di atas.






Ramaditya Tentang Penulis: Eko Ramaditya Adikara adalah blogger tuna netra yang menggemari dunia digital dan teknologi informasi. Blognya bisa dibaca di http://ramaditya.multiply.com/.
( wsh / wsh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages