KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Selasa, 09 November 2010

"Pukul 00.00 Malam, Kami Diusir Petugas"


Ratusan ribu warga lereng Merapi terpaksa menjadi pengungsi. Ini sungguh tak mudah.

VIVAnews -- Hari itu tak akan pernah dilupakan oleh Margono (52), pengungsi Merapi asal dusun Kroco, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman.

Ia dan 22 anggota keluarganya terpaksa mengungsi dari kampungnya yang hanya berjarak 14 kilometer dari puncak Merapi. Tak ada barang berharga yang bisa diselamatkan. Harta mereka hanya sepeda motor dan pakaian yang melekat di tubuh.

Berboncengan motor, mereka menuju Kota Yogyakarta -- berharap mendapat tempat berteduh. Kata Margono, awalnya mereka mengungsi di kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), karena terlalu penuh mereka pindah ke posko Taman Kuliner -- menempati kios-kios yang disulap jadi lokasi pengungsi.

"Kami ditampung relawan Gerakan Jogja Bangkit," kata Margono saat ditemui Senin 8 November 2010.

Namun, baru saja mereka melepas lelah, Sabtu (6/11) tengah malam mereka dibangunkan oleh petugas. "Kami disuruh pindah pukul 00.00, disuru pindah oleh petugas dinas pasar," kata Margono.

Saat itu hampir semua anggota rombongan sudah terlelap, termasuk seorang bayi usia 1 tahun dan lansia yang sudah 95 tahun.

"Kami memohon agar dibolehkan tinggal malam itu saja, tapi tak diindahkan. Alasannya sudah ada pengungsi yang mau menempatinya besok," kata Margono.

Ini, kata dia, sangat menyakitkan hati para pengungsi. "Kita sudah manut [menurut] sama pemerintah, turun dari atas sampai tidak sempat bawa pakaian. Tapi kami dibeginikan," kata Margono, nelangsa.

"Kami sangat tertekan saat itu, sampai anak-anak kebingungan dan bertanya-tanya, kita mau pindah ke mana lagi," timpal Devi, putra Margono.

Diceritakan dia, Minggu dini hari pukul 00.30 mereka akhirnya pindah. Berdempetan mereka menempuh perjalanan 25 kilometer menuju Jalan Wonosari Km 13 tepatnya di Desa Pranti. "Kami nggak tahu mau ke mana, yang kami ingat saat itu, di Wonosari masih ada saudara,"kata Devi.

Kini, mereka ditampung di rumah kepala RT. "Untuk makan kami dibantu swadaya warga, tapi kami butuh pakaian dan selimut," tambah Devi.

Ditemui terpisah, relawan Jogja Bangkit, Dinta mengatakan saat itu pihaknya menyiapkan 5 kios dan logistik untuk menampung para pengungsi.

"Tapi pihak dinas pasar meminta segera dikosongkan, alasannya akan ditempati 70 pengungsi dari keluarga petugas. Namun, hingga semalam, tempat itu tak ada yang menempati," tambah dia. "Ini sangat disayangkan."

Dikonfirmasi, plt direktur pengurangan risiko bencana BNPB, Sutopo mengaku tak tahu kejadian itu. " Mungkin itu dilakukan karena ada upaya pengelompokan per desa, jadi tiap warga desanya beda dipisahkan. Itu supaya pendataan lebih mudah makanya dipisahkan, dibagi per desa," kata dia.

Laporan: Erick Tanjung| Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages