KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Senin, 18 April 2011

Media Sosial Ancam Produktivitas Perusahaan


Joe Wang (rou/inet)

Jakarta - Keberadaan media sosial berbasis web seperti Facebook dan Twitter bagi sebagian besar perusahaan mengancam produktivitas karyawannya. Tak hanya itu, aplikasi yang ada di dalam media sosial itu juga bisa melumpuhkan keamanan jaringan, dan membuka data-data sensitif perusahaan.

Ancaman ini coba diperingatkan oleh perusahaan keamanan jaringan WatchGuard Technologies Inc. Dalam sesi wawancaranya dengan detikINET di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (18/4/2011), President & CEO WatchGuard, Joe Wang, coba memaparkan alasannya.

"Menurut riset kami, ancaman terhadap jaringan korporat yang paling cepat perkembangannya saat ini adalah aplikasi media sosial berbasis web. Ada sejumlah alasan mengapa aplikasi media sosial bisa mendatangkan risiko bagi bisnis, sebesar apapun ukurannya," kata Wang.

Kehilangan Produktivitas

Dalam paparannya dijelaskan, sejumlah lembaga riset telah melaporkan bahwa Amerika Serikat kehilangan milliaran dollar AS per tahun akibat penurunan produktivitas.

"Karyawan kehilangan produktivitas karena waktunya tersedot ke situs-situs media sosial. Itu sebabnya diperlukan application control untuk membatasi dan mengelola penggunaannya. Karena Facebook dan Twitter sejatinya juga bermanfaat untuk produktivitas di segmen industri tertentu," kata Wang.

Meski demikian, walaupun situs-situs media sosial juga bermanfaat untuk kolaborasi dan komunikasi, namun menurutnya, administrator TI kerap kesulitan untuk mengelola dan mengendalikan aplikasi web yang berupa games, di Facebook misalnya.

Kehilangan Data

Walaupun sejumlah negara sudah memiliki aturan tentang kerahasiaan data, kalangan bisnis, kata Wang, masih mengkhawatirkan terjadinya kebocoran data, baik disengaja maupun tidak.

"Sayangnya kekuatan media sosial sebagai media komunikasi di sisi lain menciptakan risiko potensial kebocoran informasi dan data-data rahasia. Administrator harus memiliki kendali atas aplikasi untuk mengurangi risiko kehilangan data, secara sengaja atau tidak," kata dia.

Ancaman Malware

WatchGuard sendiri memprediksikan jaringan sosial akan menjadi sumber serangan malware dalam beberapa ke depan karena tiga alasan.

Pertama, situs jejaring sosial berkembang atas dasar kepercayaan. Tujuan orang menggunakan media sosial adalah untuk saling berinteraksi dengan orang-orang yang dianggap 'teman'.

Artinya, ada kepercayaan dalam interaksi tersebut. Padahal, media sosial tidak memiliki kemampuan teknis untuk melakukan validasi apakah mereka yang dianggap teman itu adalah orang yang sebenarnya.

Lingkungan yang berdasarkan kepercayaan pada media sosial ini adalah ladang yang subur untuk penipuan dengan metode social engineering (rekayasa sosial).

Kedua, situs jejaring sosial memiliki banyak kelemahan teknis. Teknologi Web 2.0 memang menjanjikan sejumlah keunggulan, namun di dalamnya juga tersimpan berbagai kelemahan.

Kompleksitas dari pengembangan aplikasi Web 2.0 bisa menciptakan kesalahan pada kode pemrograman sehingga aplikasi itu rawan terhadap ancaman aplikasi Web seperti SQL Injection dan serangan cross-site scripting (XSS).

Apalagi, konsep Web 2.0 yang mengizinkan pengguna yang tidak diketahui kredibilitasnya memasukkan konten ke website bertentangan dengan paradigma sekuriti tradisional.

"Secara sederhana, situs web media sosial lebih rawan terhadap eksploitasi kelemahan Web dibandingkan situs Web yang tidak interaktif," papar Wang.

Ketiga, popularitas jejaring sosial. Menurut lembaga analis Compete, Facebook adalah tujuan berselancar di Internet yang paling populer setelah Google, diikuti Twitter dan YouTube.

"Para penyerang tertarik dengan popularitas situs-situs seperti itu karena mereka bisa mendapatkan return on investment atas serangan yang mereka lakukan," kata Wang.

( rou / wsh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages