KursusHP ServisHP Servis EMMC Ganti EMMC kursus teknisi handphone kursus reparasi handphone kursus servis handphone kursus bongkar pasang handphone kursus ganti LCD handphone kursus ganti baterai handphone kursus ganti kamera handphone kursus ganti flash handphone kursus ganti speaker handphone kursus ganti port charger handphone kursus ganti komponen handphone lainnya kursus teknisi handphone murah kursus teknisi handphone cepat kursus teknisi handphone bergaransi kursus teknisi hanpphone dekat

Sabtu, 18 September 2010

Game Action Bikin Otak Jadi Tajam

Ardhi Suryadhi - detikinet

Ilustrasi (Ist.)

Jakarta - Selain dapat menghilangkan rasa jenuh, bermain game action diyakini juga dapat menjadi sarana untuk mengasah otak. Alhasil, gamer pun nantinya dapat lebih cepat dalam mengambil keputusan.

Menurut hasil riset dari Universitas of Rochester, dengan memainkan game-game action, pengguna bakal melatih sensitivitas mereka akan lingkungan sekitar. Nah, kebiasaan ini kemudian akan terbawa dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga secara tidak sadar juga akan mengasah kemampuan mereka dalam beraktivitas, seperti ketika melakukan berbagai hal sekaligus (multitasking), berkendara, membaca, dan aktivitas lainnya.

Hasil riset dari Universitas of Rochester ini tentu memiliki dasar. Sebelumnya, mereka melakukan pengujian terhadap sekelompok orang yang berumur 18-25 tahun yang tidak memiliki agenda rutin ngegame.

Namun khusus untuk penelitian ini, satu grup diharuskan untuk bermain game perang Call of Duty 2 dan Unreal Tournament selama 50 jam. Sementara grup kedua dipilihkan game yang lebih santai yang bergenre simulasi, The Sims 2.

Setelah dicekoki dua genre game berbeda ini, para responden kemudian dihadapkan pada persaingan di antara keduanya. Hasilnya, grup yang memainkan game Call Of Duty 2 dikatakan 25 persen lebih cepat dalam mengambil keputusan di setiap permainan.

"Mereka (grup pertama-red.) menjadi lebih cepat dan akurat. Pemain di game action semakin lama semakin cepat dalam mengambil keputusan di setiap levelnya," tukas salah seorang penulis riset ini, Daphne Bavelier.

"Ketika Anda menjadi seorang dokter bedah atau tengah berada di medan perang maka hal ini (sensitivitas-red.) akan membuat perbedaan yang sangat besar," pungkasnya. ( ash / rns )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages